Muslim tak puasa itu pilihan Allah, tapi dhalim

Muh Nursalim

Menjadi muslim itu pertanda menjadi manusia pilihan Allah. Tetapi tidak setiap pilihan Allah otomatis menjadi istimewa. Salah satu bebabnya adalah ia tidak menjalani kitab yang mestinya jadi pedomannya.             Firman Allah seperi ini

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ [فاطر/32]

Kemudian, Kitab Suci itu Kami berikan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang mendhalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.

Menurut Ibnu Katsir kitab suci dimaksud adalah alqur’an sedangkan hamba-hamba pilihan Allah itu adalah umat Islam, karena alqur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad yang berarti untuk umat Islam. Jadi umat Islam itu adalah manusia pilihan Allah.

Imam At Thabari, mengutip pendapat Ibnu Mas’ud menjelaskan ayat tersebut sebagai berikut.

تفسير الطبري – (ج 20 / ص 465)

عن أَبي وائل عن عبد الله بن مسعود أنه قال: هذه الأمة ثلاثة أثلاث يوم القيامة؛ ثلث يدخلون الجنة بغير حساب، وثلث يحاسبون حسابًا يسيرًا، وثلث يجيئون بذنوب عظام

Dari Abi Wail dari Abdullah bin Mas’ud berkata, umat ini ada tiga golongan di hari kiamat. Sepertiga masuk surga tanpa hisab, sepertiga dihisab secara ringan dan sepertiga datang ke hadapan Allah dengan dosa yang sangat banyak.

Salah satu bentuk dosa besar itu adalah tidak puasa di bulan ramadhan. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Az Zhahabi pada kitab Al Kabair. Kitab ini memuat jenis-jenis dosa besar. Tidak berpuasa di bulan ramadhan merupakan dosa besar ke sepuluh. Salah satu hadis yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

جامع الأحاديث – (ج 33 / ص 71)

عن أنس قال : ارتقى رسول الله  – صلى الله عليه وسلم –  على المنبر فقال : آمين ثم ارتقى ثانية فقال : آمين ، ثم ارتقى ثالثة فقال : آمين ، ثم استوى فقال : آمين ، فقال أصحابه على ما أمنت يا رسول الله قال : أتانى جبريل فقال : يا محمد رغم أنف امرئ ذكرت عنده فلم يصل عليك ، فقلت آمين ، ثم قال : رغم أنف امرئ أدرك والديه أو أحدهما فلم يدخلاه الجنة ، قلت آمين ، وقال : رغم أنف امرئ أدرك شهر رمضان فلم يغفر له ، فقلت آمين (ابن النجار)

Dari Anas berkata: “Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- naik ke atas mimbar lalu beliau bersabda: ‘Amin’, kemudian beliau naik lagi dan berkata: ‘Amin’, kemudian beliau naik untuk ketiga kalinya dan berkata: ‘Amin’, kemudian beliau turun dan para sahabat bertanya: ‘Mengapa Anda mengucapkan amin tiga kali, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda: ‘Jibril datang kepadaku dan berkata: ‘Wahai Muhammad, celakalah orang yang menemukan bulan Ramadan tetapi tidak mendapatkan pengampunan.’ Saya menjawab: ‘Amin’. Kemudian beliau berkata lagi: ‘Celakalah orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya dalam keadaan tua tetapi tidak bisa memasukkannya ke dalam surga.’ Saya menjawab: ‘Amin’. Beliau berkata lagi: ‘Celakalah orang yang disebutkan namaku di hadapannya, tetapi tidak mengucapkan shalawat.’ Saya menjawab: ‘Amin’.” (Ibnu an-Najjar)

Mengapa orang memasuki bulan ramadhan tidak mendapatkan ampunan, padahal puasa itu akan mendatangkan ampunan Allah. Mafhum mukhalafahnya, berarti si muslim itu tidak berpuasa. Dia muslim tetapi dhalim.

Kata  يظلم   ظلما  ظلم    yang artinya berbuat dhalim itu jenis fiil muta’adi, yaitu kata kerja yang membutuhkan obyek. Kebalikannya disebut  fiil lazim yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan obyek. Berjalan itu kata kerja yang tidak butuh obyek, adapun makan itu kata kerja yang butuh obyek.

Jika dhalim itu fiil mutaadi lalu maf’ul atau obyeknya siapa ?

Pada ayat 32 surat al fatir di atas obyeknya adalah diri sendiri. Jadi seorang muslim yang tidak berpuasa berarti telah mendhalimi dirinya sendiri. Karena mestinya mentaati perintah Allah berpuasa di bulan ramadhan tetapi tidak menjalaninya.   Hal ini sejalan dengan pendapat Ibnu Katsir sebagai berikut:

تفسير ابن كثير – (ج 6 / ص 546)

{ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ } وهو: المفرط في فعل بعض الواجبات، المرتكب لبعض المحرمات

Di antara mereka ada yang mendhalimi diri sendiri maksudnya adalah meninggalkan dan melalaikan kewajiban dan melanggar yang diharamkan.

Kedhaliman seorang muslim yang tidak berpuasa ini tidak menjadikan dia kafir, akan tetapi mengundang murka Allah. Sehingga ancamannya sangat mengerikan sebagaimana diceritakan pada hadis berikut ini.

صحيح ابن خزيمة – (ج 7 / ص 263)

أبو أمامة الباهلي قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « بينا أنا نائم إذ أتاني رجلان ، فأخذا بضبعي ، فأتيا بي جبلا وعرا ، فقالا : اصعد ، فقلت : إني لا أطيقه ، فقالا : إنا سنسهله لك ، فصعدت حتى إذا كنت في سواء الجبل إذا بأصوات شديدة ، قلت : ما هذه الأصوات ؟ قالوا : هذا عواء أهل النار ، ثم انطلق بي ، فإذا أنا بقوم معلقين بعراقيبهم ، مشققة أشداقهم  ، تسيل أشداقهم دما قال : قلت : من هؤلاء ؟ قال : هؤلاء الذين يفطرون قبل تحلة صومهم

Abu Amamah Al-Bahili berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sementara saya sedang tidur, dua orang datang dan memegang pundak saya. Mereka membawa saya ke sebuah gunung yang curam dan berbatu. Mereka berkata, ‘Naiklah.’ Saya berkata, ‘Saya tidak mampu.’ Mereka berkata, ‘Kami akan memudahkannya untukmu.’ Saya pun naik sampai saya berada di puncak gunung tersebut. Di sana saya mendengar suara-suara keras. Saya bertanya, ‘Apa itu suara-suara ini?’ Mereka menjawab, ‘Itu adalah suara tangisan orang-orang yang berada di neraka.’ Kemudian mereka membawa saya lagi, dan saya melihat sekelompok orang yang bergelantungan dengan lidah-lidah mereka dan darah mengalir dari leher mereka. Saya bertanya, ‘Siapa mereka?’ Mereka menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang  tidak berpuasa ( Hr. Ibnu Huzaimah)

Muslim masuk neraka itu banyak, mereka manusia pilihan Allah yang punya iman tetapi tidak sepenuhnya menjalankan kewajiban. Mereka punya iman tetapi melanggar larangan Allah.  Karena itu mekanisme akherat akan menyelesaikan dengan caranya sendiri. Di bersihkan dahulu dosanya di neraka. Semoga kita terhindar dari hal yang demikian. Wallahua’lam

Bagikan Artikel:

Tinggalkan komentar